
Scarlett Yang, sarjana fesyen jurusan busana perempuan (womenswear) dari Central Saint Martins, London, menciptakan biomaterial jenis baru menggunakan ekstrak tumbuhan alga dan sericin (protein kepompong sutera yang biasanya menjadi limbah industri sutera) sebagai proyek tugas akhirnya. Karyanya yang diberi judul ‘Decomposition of Materiality and Identities’ ini pun mendapatkan penghargaan Green Trial Prize dari Maison Zero, sebuah program afiliasi antara CSM dan LVMH, serta Sustainability Prize dari The Mills di Hong Kong.

Berasal dari sifat dasar tumbuhan alga serta kombinasinya dengan sericin, material hasil eksperimen laboratorium oleh Scarlett Yang ini memiliki kemampuan untuk berubah bentuk mengikuti tingkat kelembaban dan suhu ruangan di sekitarnya. Material ini pun dapat terurai atau larut dalam air dengan kondisi tertentu, dalam rentang 1 hingga 24 jam. Maka dari itu, penggunaan material ini sebagai garmen akan sangat dipengaruhi oleh faktor geografis atau cuaca dan iklim dari lokasi penggunaannya. Adanya elemen sericin dalam material ini pun menambah karakteristiknya yang dapat mengerut dan menyusut, memberikan nilai estetika pada material setelah dijadikan garmen sebagai produk akhir.

“Sebagian besar produk tekstil di pasaran tidak dapat didaurulang, itu berarti kami sebagai pelajar fesyen akan sangat berkontribusi dalam menambah polusi apabila kita tetap bekerja secara tradisional. Karya saya menampilkan keindahan dari bentuk alami dari kehidupan, yang bertujuan untuk mengubah persepsi orang yang melihatnya mengenai konsep siklus kehidupan dari material.”, ungkap Yang pada wawancaranya dengan majalah desain daring Dezeen. Ikuti Instagram Scarlett Yang @scarlettyang_ untuk mendukungnya dan mengikuti informasi terbaru mengenai karya-karyanya.
Sumber: Dezeen.com, bafcsm.com, dan akun Instagram Scarlett Yang #TheTextileMap
