Mylo™: bioleather berbahan dasar jamur oleh Bolt Threads

Mylo™, bioleather berbahan dasar mycellium dari Bolt Threads. (Sumber: Bolt Threads)

Pakaian berbahan dasar kulit dikenal memiliki daya tarik pasar yang cukup tinggi. Tidak hanya menambah aksen klasik, kulit merupakan salah satu material yang terkenal dengan daya tahannya. Namun, seiring dengan meningkatnya kepedulian konsumen akan lingkungan, penggunaan kulit kini menjadi sebuah kontroversi. Selain dianggap melibatkan perlakuan kejam terhadap hewan, kulit juga merugikan lingkungan akibat penggunaan bahan kimia pada proses produksinya. Kini, seiring dengan berkembangnya teknologi, berbagai produk pengganti kulit pun mulai bermunculan. Salah satu diantaranya merupakan Mylo™, sebuah produk kulit sintetis yang dikeluarkan oleh Bolt Threads.

Didirikan oleh Dan Widmaier, CEO, dan David Breslauer, CSO, sejak tahun 2009 di California, Amerika Serikat, Bolt Threads membawa sebuah visi yaitu untuk mengembangkan dunia melalui bioteknologi. Pada tahun 2018 lalu, mereka memperkenalkan Mylo™ sebagai alternatif kulit yang lebih sustainable. Mengangkat slogan “Unleather”, Mylo™ memanfaatkan struktur jaringan pada jamur, dikenal sebagai mycelium, sebagai bahan pembentuknya. Menurut Jamie Bainbridge, wakil kepala departemen pengembangan produk Bolt Threads, tidak seperti banyak kulit sintetis lain yang memiliki tekstur yang cenderung kaku seperti plastik, Mylo™ bersifat lebih lembut dan kuat layaknya kulit asli. Kurang lebih sebanyak 4.000 prototipe dibuat oleh Bainbridge dan tim untuk menyempurnakan formula yang digunakan saat ini.

Proses produksi Mylo™ dimulai dengan cara membudidayakan jamur dalam sebuah kontainer yang dikendalikan oleh para peneliti Bolt Threads. Spora sel mycelium akan diambil dan ditempatkan dalam sebuah kontainer persegi yang dijaga suhu serta kelembabannya. Selama berada di kontainer ini, mycelium akan diberi makan bahan-bahan organik untuk tumbuh hingga membentuk lapisan-lapisan busa berwarna putih. Lapisan inilah yang berfungsi sebagai “benang” yang kemudian akan diproses untuk mencapai struktur menyerupai kulit. Setelah diproses, lembaran mycelium ini akan dijemur, diwarnai, dan disulam untuk mendapatkan tekstur timbul pada material kulit biasanya. Pembentukan Mylo™ hanya membutuhkan waktu 10-14 hari dan menggunakan setengah volume air yang dibutuhkan untuk produksi material berbahan dasar kapas sehingga dinilai lebih efisien dalam penggunaan waktu.

Penggunaan bahan nabati bukanlah satu-satunya alasan mengapa Mylo™ dikatakan ramah lingkungan. Tidak seperti kulit asli, Mylo™ dalam bentuk aslinya, sebelum dijadikan produk tas atau garmen, dapat terurai secara penuh. Selain itu, proses pembentukan Mylo™ terbebas dari bahan kimia dan zat berbahaya, seperti DMFa dan chromium, yang biasanya digunakan saat proses pewarnaan dan penjemuran pada kulit asli atau bahkan kulit sintetis pada umumnya.

Mylo™ Driver Bag. (Sumber: Bolt Threads)

Bolt Threads pertama kali memperkenalkan Mylo™ ke ranah publik pada tahun 2018 dalam bentuk tote bag yang dinamakan “Mylo™ Driver Bag”. Bekerja sama dengan Chester Wallace, sebuah perusahaan tas dari Oregon, Amerika Serikat, Bolt Threads meluncurkan empat tingkatan Mylo™Driver Bag. Untuk tingkat pertama dan kedua, produksi dibatasi sebanyak 100 buah dimana pada tingkat satu barang yang ditawarkan berupa Puzzle Pouch seharga USD$150 dan pada tingkat dua adalah Mylo™ Driver Bag seharga USD$400. Pada tingkat tiga, Bolt Threads menawarkan pengukiran inisial nama pada Mylo™ Driver Bag dengan harga USD$500. Kuota produk pada tingkat ini dibatasi sebanyak 25 buah. Terakhir, pada tingkat empat, Bolt Threads memberikan Puzzle Pouch, Mylo™ Driver Bag dengan inisial, serta kesempatan bagi 10 konsumennya untuk melakukan tur ke lab Bolt Threads di California. Tidak hanya itu, di tahun yang sama Bolt Threads juga berhasil berkolaborasi dengan Stella McCartney, desainer asal Inggris, dalam pembuatan kembali tas Falabella mereka yang kemudian dipamerkan pada Victoria & Albert’s New London Exhibition yang mengangkat tema Fashioned from Nature.

The Falabella Bag, tas karya desainer Stella McCartney yang menggunakan Mylo sebagai materialnya. (Sumber: The Current Daily)

Memasuki tahun 2020, Bolt Threads berhasil menggaet Adidas, Lululemon, Stella McCartney, dan Kering dalam sebuah kerja sama produksi yang kini dinamakan sebagai The Mylo™ Consortium. Menurut Francois Henri-Pinault, CEO Kering, sebuah perusahaan yang membawahi label besar seperti Gucci dan Yves Saint Laurent, mengatakan bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk memimpin industri fesyen dan tekstil dalam investasi, kreasi, dan inovasi produk yang dapat mengurangi gas emisi. Francois menemukan Mylo™ sebagai salah satu solusi menjanjikan yang dapat membantu realisasi misi ini. Meski tanggal spesifik dikeluarkannya koleksi dari The Mylo™ Consortium belum dikeluarkan, namun masing-masing label telah menargetkan perilisan koleksi tersebut pada tahun 2021 ini.

Di Indonesia sendiri, pengembangan kulit sintetis berbahan dasar jamur juga sudah dilakukan oleh sebuah biotech startup asal Bandung, Mycotech, yang didirikan oleh Adi Reza Nugroho pada tahun 2015. Produk mereka yang kemudian diberi nama Mylea ini memanfaatkan limbah pertanian yang kemudian diikat menggunakan miselium dari jamur jenis basidiomycetes. Mylea pertama kali diperkenalkan pada publik pada tahun 2019 lalu dalam bentuk dompet, jam tangan, dan sepatu. Kini, Mycotech sedang bekerja sama dengan Bro.do, sebuah label sepatu asal Indonesia, untuk meluncurkan sepatu dan sandal berbahan dasar Mylea. Lebih detail mengenai Mycotech dan Mylea akan dibahas oleh The Textile Map di kesempatan berikutnya.

Untuk mengenal lebih jauh mengenai Mylo™, kunjungi situs mereka di mylo-unleather.com.

Teks oleh Nabila Nida Rafida | Sumber: Bolt Threads | Forbes | One Green Planet | Mylo-Unleather | The New York Times | Grazia | Fibre2Fashion | Stella McCartney

One comment

Leave a comment