Baru-baru ini, Preen by Thornton Bregazzi telah merilis dua buah koleksi untuk musim Pre-Fall dan Fall/Winter 2021. Kedua koleksi tersebut memboyong desain yang terinspirasi dari keadaan dunia yang sekarang sedang berada di dalam pandemi. Melalui koleksi-koleksi ini, Thea Bregazzi dan Justin Thornton ingin sedikit membawa ‘keajaiban’ ke dalam kondisi kehidupan yang sedang penuh dengan ketidakpastian. Selain dari segi tema, kedua koleksi juga menerapkan beberapa teknik dan material yang serupa.
Mengenal Preen by Thornton Bregazzi

Preen by Thornton Bregazzi merupakan sebuah label pakaian asal London, Inggris, yang didirikan pada tahun 1996 oleh sepasang suami istri, Justin Thornton dan Thea Bregazzi. Dengan umurnya yang akan mencapai 25 tahun, label ini terkenal dengan estetika pakaian mereka yang modern, romantis, dengan sedikit sentuhan nuansa grunge. Meski lebih sering mengeluarkan gaun, Justin dan Thea terkenal dengan desain mereka yang memiliki perpaduan seimbang antara feminin dan maskulin.
Justin dan Thea keduanya lahir di tahun 1970-an di Isle of Man, Inggris. Meski tinggal di wilayah yang sama, mereka baru bertemu ketika berusia 18 tahun ketika sedang menempuh studi di sebuah sekolah seni lokal. Setelah lulus, Thea bekerja sebagai seorang fashion stylist sedangkan Justin bekerja untuk Helen Storey, seorang desainer asal London. Pada tahun 1996, label Preen by Thornton Bregazzi lahir dengan visi untuk menjadikan mode sebagai sesuatu yang lebih aksesibel dan dekat dengan kehidupan masyarakat pada umumnya.
(Foto: Dok. Vogue)
Melakukan debutnya pada London Fashion Week musim Spring/Summer 2001, Preen by Thornton Bregazzi mendapat sambutan hangat dari para kritikus yang hadir karena berhasil memberi sentuhan modern pada motif tradisional Inggris. Setelah aktif selama lebih dari dua dekade, Preen telah berkembang dari sebuah butik kecil di Notting Hill, London, menjadi sebuah merek dengan gerai yang tersebar di lima benua. Sederet wajah-wajah terkenal seperti, Gwyneth Paltrow, Kate Bosworth, Beyonce, Rihanna, Cate Blanchett, Naomi Watts dan Emma Stone hingga Duchess of Cambridge, Duchess of Sussex, dan Michelle Obama beberapa kali terlihat mengenakan desain dari Preen.
Tidak berhenti disitu, sejak tahun 2008, Preen juga terus mengembangkan produk mereka dengan meluncurkan tiga buah lini baru: “Preen Line” untuk pakaian wanita siap pakai, “Preen Home” untuk dekorasi furnitur, dan “Preen Mini” untuk pakaian dan aksesoris anak-anak. Di tahun 2015, kiprah Preen diakui dalam British Fashion Awards ketika mereka berhasil memenangkan penghargaan “Established Designer”.
“Ketika kami sedang mendesain pakaian, kami selalu mengambil inspirasi dari cara orang bekerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tentang apa yang sedang terjadi (di dunia). Segala hal akhirnya berakar pada budaya, politik, dan campuran akan keduanya.”
Thea Bregazzi
Pre-Fall 2021: Melarikan diri dari realita pandemi dengan sentuhan fantasi
Preen ingin memberikan sentuhan ‘magic realism’ ke dalam koleksinya. (Foto: Dok. Vogue)
Pada tanggal 21 Desember 2020 lalu, Preen merilis koleksi terbarunya untuk Pre-fall 2021. Koleksi ini yang juga dipengaruhi oleh inspirasi dari industri sirkus dan karya Diane Arbus, seorang fotografi legendaris asal Amerika, berisikan 17 gaun dengan warna-warna cerah yang saling ditabrakkan (color blocking) sehingga memberi komplemen secara visual antara satu warna dengan yang lain.
Pemberlakuan sistem lockdown selama kurang lebih setahun belakangan membuat kita memiliki lebih banyak waktu untuk berpikir dan merenung. Setiap hari pikiran kita dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Pemandangan baru apa yang dapat ditemukan? Tujuan apa yang ingin dicapai? Siapa kita dan apa saja yang telah kita lakukan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita? Melalui koleksi ini, Preen ingin mengembangkan sisi imajinatif manusia untuk melepas beban pikiran yang terlalu memberatkan.

Sebagian besar pakaian pada koleksi ini menggunakan potongan fit and flare yang kerap dijumpai pada gaun-gaun maksi era 1950-an. Detail frill yang ditambahkan di bagian bahu, pinggang, dan ujung rok serta penggunaan model lengan bishop menambah sentuhan vintage pada koleksi ini. Selain itu, Preen juga memanfaatkan teknik potongan asimetris yang ditumpuk sehingga menghasilkan siluet pakaian yang lebih bervolume. Salah satu gaun dalam koleksi ini menggunakan teknik patchwork pada potongan-potongan kain bermotif kulit ular berwarna coklat, marun, dan biru tua. Pada beberapa bagian yang menyambungkan antar potongan kain, Preen juga menutupinya dengan detail frill yang setengah melingkar.
terbiasa berkarya di tengah banyaknya keterbatasan. (Foto: Dok. Vogue)
Penggunaan teknik patchwork bukanlah hal yang baru bagi Preen. Pada koleksi sebelumnya, mereka juga sering terlihat menggunakan teknik tersebut. Menurut Justin, penggunaan teknik ini bukan hanya didasari unsur estetika namun juga untuk mendukung konsep keberlanjutan (sustainability) dengan memanfaatkan kain dari arsip koleksi lama dan deadstock yang tersisa di studio.
Fall/Winter 2021: ‘Unhinged’
Pada tanggal 25 Februari lalu, Preen kembali meluncurkan koleksi mereka untuk musim Autumn/Winter 2021. Koleksi ini terdiri dari 11 look dengan nuansa yang sedikit mirip dengan koleksi Pre-Fall mereka. Detail frill, patchwork, suasana vintage, dan material ramah lingkungan dapat dijumpai pula pada koleksi ini. Mungkin, yang sedikit membedakan dari kedua koleksi tersebut adalah pemilihan motif dimana pada koleksi Autumn/Winter, Preen hanya menggunakan motif flora.
Koleksi ini dikenalkan pada publik melalui sebuah film pendek yang terinspirasi dari film dokumenter asal Amerika Serikat pada tahun 1975, ‘Grey Gardens.’ Film pendek tersebut diberi judul ‘Unhinged’, yang berarti ‘kondisi mental yang tidak seimbang’, sebagai ilustrasi dari situasi kehidupan banyak orang semasa pandemi yang serta-merta harus menjalani hidup dengan banyak keterbatasan dan berbagai masalah baru. Meski demikian, isu tersebut juga lah yang memberi Thornton-Bregazzi ide untuk meluncurkan sebuah koleksi denganserangkaian pakaian knitwear dan overcoats yang sesuai dengan konsep mereka untuk merefleksikan kenyamanan hidup di dalam rumah. Konsep ini seolah membiarkan imajinasi kita untuk menggunakan mode sebagai sarana dalam mencapai kebahagiaan yang sederhana.
dari masa ke masa. (Foto: Dok. Vogue)
Seperti koleksi sebelumnya, penggunaan material yang lebih ramah lingkungan pun muncul dalam koleksi ini. Salah satunya yaitu mantel biru berbahan dasar wol yang terbuat dari bahan sisa produksi (deadstock). Selain itu, kedua desainer juga memberi sorotan lebih kepada sarung tangan panjang bermotif bunga yang diklaim dapat memberi kesan elegan pada pakaian apapun.Sama seperti koleksi sebelumnya, Preen berusaha untuk tetap menanamkan prinsip keberlanjutan. Selain mengolah kembali kain sisa, Preen juga menggunakan tekstil hasil recycled cotton yang telah mendapat sertifikat GOTS (Global Organic Textile Standard). Melalui koleksi ini mereka ingin menunjukkan bahwa, untuk menjadi lebih bertanggung jawab, sebuah brand tidak perlu menurunkan standar atau menghilangkan karakteristik desain mereka.
Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai Preen by Thornton Bregazzi dan seluruh koleksi mereka, dapat dilihat pada situs resmi preenbythorntonbregazzi.com.
Penulis: Nabila Nida Rafida | Editor: Mega Saffira | Sumber: The Guardian | Latest Magazine | Vogue 1 2 | Preen by Thornton Bregazzi | FashionModelDirectory.com


























