Dari Dior hingga Chiuri: 73 Tahun Transformasi Bar Jacket yang Tak Lekang Oleh Waktu

Mizza Bar Jacket karya Maria Grazia Chiuri untuk Dior Fall 2021. (Foto: Dok. DIOR)

Industri fesyen memang terkenal dengan sifatnya yang dinamis dan memiliki perputaran tren yang cukup cepat. Namun terkadang, terdapat beberapa model pakaian yang mendapat predikat “klasik” karena desainnya yang revolusioner dan tak lekang oleh waktu. Salah satu diantaranya adalah bar jacket garapan rumah mode Christian Dior yang dipercaya telah mengubah bagaimana perempuan berpakaian sejak 73 tahun yang lalu.

New Look 1947 oleh Monsieur Dior

New Look 1947 oleh Monsieur Dior
(Foto: Dok. Vogue)

Bar jacket pertama kali diperkenalkan oleh Monsieur Christian Dior pada tanggal 12 Februari 1947 di Paris sebagai salah satu look dalam koleksi debut haute couture-nya. Dengan potongan pinggang yang ramping, bahu yang sempit, dan pinggul yang bulat bak kelopak bunga, bar jacket dengan mudah menyita perhatian para perempuan di era itu. Siluetnya yang anggun seolah-olah melakukan penolakan atas sistem utilitarian dan kesederhanaan pasca Perang Dunia ke-2. Selanjutnya, koleksi ini pun lebih dikenal sebagai “New Look 1947.”

Terbuat dari empat yards (sekitar 3,6 meter) kain sutra shantung dalam warna ivory yang lembut, Monsieur Christian Dior menggunakan bantalan di bagian pinggul untuk menciptakan garis pinggul yang bulat menyerupai jam pasir. Pada saat itu, biasanya bar jacket akan dipadukan dengan rok lipit sebetis sehingga menambah aksen feminin. 

Bar Jacket Pertama oleh Dior
(Foto: Dok. Vogue)

Nama bar jacket sendiri terinspirasi dari kebiasaan Monsieur Christian Dior untuk pergi ke bar di Plaza Athenee, Prancis, dan dimaksudkan untuk dipakai untuk berpesta atau ke bar. Peluncuran bar jacket dapat terbilang sangat sukses hingga banyak desainer lain yang berusa meniru siluetnya. Monsieur Christian Dior sendiri selalu memperbarui jaket ini di hampir seluruh 22 koleksi yang ia rancang hingga kematiannya di tahun 1957.

Perkembangan Dior’s Bar Jacket dari Tahun ke Tahun

Bar Jacket oleh Yves Saint laurent (1957)
(Foto: Dok. Buro247)

Setelah kepergian Monsieur Christian Dior, para penerus kursi direktur kreatif rumah mode ini selanjutnya pun terus berusaha untuk kembali mengkreasikan bar jacket dengan cara mereka masing-masing. Pada tahun 1957 hingga 1961, sang legenda Yves Saint Laurent menuangkan pandangan radikalnya dalam menggambarkan gaya masyarakat kelas atas Prancis dan menciptakan siluet baru dengan bagian pinggul yang lebih panjang. Ia memberi nama siluet ini sebagai “Trapeze Line.”

Brit Marc Bohan yang menduduki jabatan direktur kreatif setelah Yves Saint Laurent mengembalikan bar jacket menjadi sebuah blazer. Ia memperhalus lipatan dan volume pakaian sehingga menciptakan potongan yang lebih lurus. Barulah di tahun 1989, Gianfranco Ferré mengembangkan siluet bar jacket hingga menjadi gaun dengan potongan lengan yang besar. Berbeda dengan mendiang Monsieur Christian Dior yang menggunakan bantalan, Ferré menciptakan potongan pinggul yang bulat dengan cara menumpuk kain hingga berlapis-lapis dan mengencangkan bagian pinggul dengan sebuah sabuk besar.

Ketika Ferré angkat kaki di tahun 1996, John Galliano berhasil mengarahkan Christian Dior menjadi lebih teatrikal dengan koleksi-koleksi yang dramatis. Penggambaran  bar jacket oleh Galliano seringkali dikatakan hiperbolis dalam kemewahannya. Ia mengganti rok lipit dengan rok berbentuk bel, bagian kerah diperlebar dan diperdalam potongannya, bahkan ia tidak takut untuk menggunakan warna terang seperti pink dan menghiasinya dengan bordiran bunga dan perhiasan di bagian lengan.

Durasi Raf Simon di Christian Dior terhitung singkat, dari tahun 2012-2015, tapi memberi dampak yang cukup besar. Pasalnya, ia memutarbalikkan sentuhan maksimalis dari Galliano menjadi lebih modern dan sederhana. Simon kerap mengenang sosok Monsieur Christian Dior dengan membuat desain pakaian yang terinspirasi dari seni arsitektur, menghasilkan varian bar jacket yang tegas dan elegan.

Melanjutkan jejak Simon, Maria Grazia Chiuri menjadi perempuan pertama yang memimpin rumah mode ini sejak tahun 2015 hingga sekarang. Grazia memiliki gaya artistik yang konseptual dan klasik. Sebagai perempuan modern, ia seringkali memberi sudut pandang feminis untuk mewujudkan desain pakaian yang menarik perhatian para perempuan masa kini yang berani dan praktikal. Ia juga gemar melakukan kolaborasi dengan seniman dan desainer lain untuk menjaga kesegaran desain Christian Dior.

Mizza Bar Jacket: Penciptaan Ulang Dior’s Bar Jacket dalam Koleksi Fall 2021

Pada bulan Mei 2021 lalu, Chiuri merayakan hari jadi bar jacket yang ke-73 dengan menciptakan kembali jaket tersebut dalam koleksi Fall 2021. Kali ini, Chiuri terinspirasi oleh muse mendiang Monsieur Christian Dior, Mizza Bricard, seorang teman baik dari pendiri rumah mode tersebut, yang terkenal sangat menyukai motif macan tutul pada pakaian dan aksesoris yang ia kenakan. Ia menghidupkan kembali pola macan tutul yang pernah dikeluarkan oleh Monsieur Christian Dior di tahun 1955 dengan menggunakan kain chiné yang diperoleh melalui teknik manipulasi tekstil khas Prancis yang dilakukan pada kain taffeta sutra. 

Pertama-tama, pola macan tutul akan dicetak di permukaan kain sutra putih yang ditenun menggunakan dummy weft, serangkaian benang pakan yang dipakai layaknya sebuah “alas” untuk sementara mengisi bagian yang kosong dalam kain tenun. Selanjutnya, kain akan dikembalikan ke alat tenun dan dengan menggunakan tangan, para pengrajin akan melepas dummy weft dan menggantinya dengan benang pakan yang telah diwarnai. Benang pakan yang digunakan telah diberi warna beige sehingga dapat mengkomplemen cetakan pola macan tutul yang berwarna coklat dan semakin menyerupai kulit macan tutul asli.


Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bar jacket oleh Dior, kunjungi situs resmi mereka di www.dior.com.

Penulis: Nabila Nida Rafida | Editor: Mega Saffira | Sumber: TASUE Studio, CR Fashion Book, Vogue US, Vogue Australia, Harper’s Bazaar, RUSSH

Leave a comment