The Mind Vaccine: Koleksi ke-14 dari RVDK, Label Pelopor ‘Sustainable Couture’ karya Ronald Van Der Kemp

Less is more. Secara konsep, itulah prinsip yang diusung oleh Ronald Van der Kemp sejak tujuh tahun silam. Namun, secara visual, kalimat tersebut jauh dari realita desain koleksi yang dikeluarkan oleh desainer asal Belanda ini.

Karena dikaitkan dengan penggunaan bahan yang cenderung seperlunya, juga penerapan konsep zero-waste aeringkali sustainable fashion diasosiasikan dengan pakaian bergaya minimalis yang siap pakai. Sesuatu yang dapat dipakai sehari-hari. Tetapi Ronald Van der Kemp berhasil mematahkan stigma ini melalui koleksi Couture-nya.

Baca juga:

Karir yang Tidak Terencana dan Sisi Gelap Luxury Fashion

Ronald Van der Kemp merupakan seorang desainer asal Belanda kelahiran tahun 1964 yang kini lebih dikenal sebagai pendiri rumah mode demi-couture, RVDK Ronald Van der Kemp.

Setelah mengenyam pendidikan di Rietvield Art Academy dan kemudian melalui 25 tahun bekerja di berbagai label dan rumah mode seperti Barney’s, Guy Laroche, dan Celine, Van der Kemp mulai melihat sisi gelap dari luxury fashion.

Ia melihat para desainer kini tidak dapat dengan leluasa mencari inspirasi karena kalender musim yang bertambah dari 2 menjadi 6. Koleksi yang dikeluarkan pun pada akhirnya tidak lagi mengutamakan unsur cerita dan emosional.

Tidak hanya itu, Van der Kemp juga menemukan rahasia rumah mode yang berusaha menjaga eksklusifitas labelnya dengan membakar barang-barang koleksi sebelumnya yang tidak terjual. 

Tergerak dari penemuan ini, Van der Kemp pun akhirnya mendirikan RVDK Ronald Van der Kemp pada tahun 2014 lalu. Ia pun mulai membuat pakaiannya sendiri yang menggunakan material sisa dari proses produksi, baju tidak terpakai, dan bendera bekas.

Strategi RVDK sebagai Pelopor Luxurious Sustainable Fashion

Sebelum isu keberlanjutan menjadi topik perbincangan hangat dalam industri fesyen dan para desainer di rumah mode kondang menggunakan deadstock dari pabrik manufaktur mereka, Ronald Van der Kemp sudah melakukannya terlebih dahulu.

Sejak ia mendirikan RVDK Ronald Van der Kemp pertama kali, nilai keberlanjutan telah menjadi poin utama yang ingin ia sampaikan ke masyarakat umum. Akhirnya ia pun mencari cara bagaimana prinsip ini dapat menarik publik tanpa harus dibicarakan secara frontal terus-menerus.

Karena itulah dia memutuskan untuk mendirikan rumah mode yang memproduksi pakaian couture. Menurutnya, high street fashion merupakan sektor fesyen yang paling menarik perhatian karena menggunakan desain dan siluet yang unik.

Pakaian high end juga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk digunakan oleh kalangan artis dan entertainer. Seperti saat Celine Dion mengenakan salah satu koleksi RVDK, misalnya. Media pun banyak yang meliput bahwa Celine Dion sekarang menjadi konsumen yang ethical. Hal ini membuat topik tentang keberlanjutan semakin disorot.

Ronald van der Kemp at the award ceremony.  Image RVDA
Ronald Van Der Kemp pada penghargaan ‘Modestipendium’, penghargaan tertinggi di dunia fesyen Belanda pada tahun 2017.
(Foto: Dok. Het Parool)

“Menurut saya, sebagai para desainer dan perusahaan di industri fesyen, kita memiliki tanggung jawab untuk membiarkan orang-orang bermimpi, namun kita memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi untuk isu terbesar saat ini: produksi dan konsumsi yang berlebihan. Maka kita harus berkarya dengan lebih sedikit dan lebih baik, dengan cinta dan sebuah tujuan.”

Ronald Van Der Kemp

RVDK Ronald Van der Kemp WARDROBE 14: The Mind Vaccine

Pada awal bulan Juli 2021 lalu, RVDK Ronald Van der Kemp merilis koleksi couture terbarunya dengan mengangkat tajuk “The Mind Vaccine”. Karena sudah tidak lagi mengikuti kalender musim industri fesyen pada umumnya, alih-alih menggunakan kata “Fall/Winter 2021”, RVDK menyebut koleksi ini dengan “Wardrobe 14”.

Koleksi ini berisi 30 look dengan siluet extravagant yang terinspirasi dari gaya desain ala tahun 80-an. Seluruh bahan yang digunakan dalam koleksi ini antara diambil dari sisa kain koleksi sebelumnya atau tekstil daur ulang hasil kolaborasi dengan pihak lain.

Salah satu kolaborasi tersebut ia lakukan bersama Carpet Of Life, sebuah organisasi yang bekerjasama dengan komunitas pengrajin di Sahara yang biasa memproduksi karpet, untuk mengolah beberapa jenis dari material yang ia gunakan.

Melalui kerja sama dengan sejumlah mahasiswa dari Amsterdam’s Jean School, Van der Kemp berhasil mengeluarkan collection pieces menggunakan denim bekas.

Potongan denim bekas tersebut diubahnya menjadi jaket anyaman dengan hiasan bunga denim dan sebuah rok yang dianyam dengan renggang dan diberi detail kepangan. Tidak hanya itu, denim ini kemudian juga ditumpuk sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah fur coat.

Kolaborasi lain juga dilakukan bersama I-did, sebuah perusahaan tekstil asal Belanda yang menghasilkan material baru dari sampah pabrik tekstil, yang membantu dalam memproduksi sebuah gaun putih yang terbentuk dari kumpulan rantai, tas tangan, dan perhiasan yang terbuat dari daur ulang sampah tekstil.

Sedangkan, untuk material sisa produksi, Van der Kemp mendapatkannya dari arsip koleksi pribadi RVDK. Biasanya memang ia kerap membeli bahan sisa dari pabrik rumah mode lain di Amsterdam, namun hal ini sudah tidak dilakukannya lagi selama 1,5 tahun terakhir.

Fesyen Pasca-Pandemi, Ekspansi Brand, dan Komitmen terhadap Sustainability

Selain memperbesar cakupan perusahaan, Van der Kemp sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi industri fesyen pasca-pandemi. Menurutnya, baik konsumen maupun produsen, harus memfokuskan diri untuk membeli lebih sedikit barang dan mengenakan atau mengeluarkan pakaian yang mencerminkan diri masing-masing.

Dengan berpegang pada prinsip ini, Van der Kemp berkomitmen untuk terus menjadi pemimpin dalam gerakan sustainable dan ethical fashion di dunia.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang RVDK Ronald Van der Kemp, kunjungi situs resmi mereka di ronaldvanderkemp.com.

Penulis: Nabila Nida Rafida | Editor: Mega Saffira | Sumber: Grazia Magazine | Vogue | ELLE SingaporeHaute Couture Week | I Amsterdam | Het Parool

Leave a comment