
(Foto: Dok. Antara/Syifa Yulinnas via Tagar.id)
Provinsi Aceh, yang akrab dikenal dengan julukan ”Serambi Mekah” merupakan wilayah di ujung barat Indonesia yang kaya akan warisan budaya dan keindahan alam. Tak hanya pantai-pantai indah serta kuliner autentik yang menjadi daya tariknya, Aceh juga menyimpan segudang tradisi yang hidup dalam berbagai seni dan kerajinannya. Salah satunya adalah Kasab, atau dikenal juga dengan sebutan Kasab Aceh.
Warisan Benang Emas dari Aceh
(Foto: Dok. Trans7)
Kasab Aceh adalah salah satu hasil karya yang khas asal Provinsi Aceh. Dibuat menggunakan benang emas atau terkadang perak yang disulam di atas kain beludru, dihiasi dengan pola-pola unik yang seringkali mengikuti ragam hias lokal. Kerajinan ini dikerjakan dengan tangan, menunjukkan keterampilan para pengrajinnya. Sebagai salah satu warisan tekstil Aceh, Kasab tidak hanya menampilkan keindahan, tetapi juga melestarikan tradisi yang telah ada sejak lama.
Acara besar seperti hajatan, pernikahan, juga upacara adat seringkali melibatkan pemakaian kain Kasab. Kasab dapat ditemukan dalam berbagai penghias ruangan meliputi bantal duduk, hiasan panggung, kipas, ornamen meja, hingga tirai. Selain sebagai bagian dari seremoni, Kasab kini kian sering dimanfaatkan dalam pembuatan buah tangan. Dengan memasukkan elemen Kasab, keunikan dan keelokan kerajinan ini dapat dinikmati oleh lebih banyak orang, baik masyarakat lokal maupun wisatawan. Hal ini membantu pelestarian seni tradisional Aceh sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya daerah ke ranah yang lebih luas.
Perbedaan Kasab Pesisir Selatan dengan Pesisir Timur Aceh


Kasab dari pesisir selatan menggunakan benang sebagai bahan utama, sedangkan di pesisir timur, karton menjadi dasar pembuatannya. (Foto: Dok. Trans7)
Secara umum, Kasab Aceh terbagi menjadi dua jenis yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Jenis pertama adalah Kasab pesisir selatan Aceh, yang dicirikan dengan kekhasannya berupa ragam hias yang kaya dan bermacam-macam. Variasi motif dapat tercipta berkat fleksibilitas benang emas yang memungkinkan penerapannya pada banyak pola. Beberapa jahitan yang ditemukan pada Kasab tipe ini, antara lain: pola susunan batu bata, bungong campli, iris halwa, liku keris, dan sisik rumbia. Sayangnya, contoh bentuk pola jahitan ini cukup sulit ditemukan melalui sumber daring.
Di sisi lain, terdapat Kasab pesisir timur Aceh sebagai jenis kedua. Memiliki ciri khas berupa tekstur timbul yang dihasilkan dari penggunaan kertas karton sebagai dasar. Proses pembuatan melibatkan penempatan karton motif di atas kain bahan yang telah dibentangkan. Karton tersebut kemudian dilapisi dengan benang emas, menciptakan tekstur yang unik dan menonjol. Untuk memastikan kekokohan hiasannya, benang emas diperkuat dengan benang jahit biasa. Dengan teknik ini, Kasab yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda dari Kasab pesisir selatan Aceh.
Langkah-langkah Pembuatan Kasab Aceh
(Foto: Dok. Trans7)
Pada umumnya, proses pembuatan kain Kasab dilakukan secara manual menggunakan tangan, mengingat bentuk motifnya tersusun atas elemen-elemen mungil yang ditempatkan berdekatan. Teknik manual memungkinkan para pengrajin untuk menyusun benang pada kain dasar secara presisi, sehingga menghasilkan sulaman yang detail. Durasi yang dibutuhkan untuk membuat setiap jenis sulaman bervariasi, tergantung pada apa yang dibuat. Sebagai contoh membuat sarung bantal dapat diselesaikan dalam 1 hari, sementara pembuatan tirai memerlukan waktu hingga 45 hari.
Tahap pengerjaan Kasab Aceh dimulai dari pengukuran dan pemotongan kain beludru, yang merupakan bahan utama. Warna emas dari benang menjadi lebih terlihat berkat kemampuan kain beludru dalam menonjolkan ornamen yang dibuat. Ukuran kain disesuaikan dengan kebutuhan dan kemudian diregangkan pada kayu pemedangan, yang berfungsi sebagai alas dan penopang selama proses penjahitan. Pemedangan dilengkapi bilah kayu yang digunakan untuk meregangkan kain agar tetap kencang saat dijahit.
(Foto: Dok. Arief Helmy)
Setelah tahap persiapan kain selesai, pengrajin mulai menyiapkan pola dengan menggambar di atas kain beludru menggunakan pena. Pola ini penting agar proses penyulaman dapat dilakukan dengan akurat. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan jarum jahit, yang memungkinkan benang untuk digerakkan secara vertikal ataupun horizontal agar membentuk motif yang diinginkan.
Proses penyulaman dilakukan mengikuti pola dari satu ujung ke ujung lain, dengan melipat benang emas menjadi dua, kemudian diikat menggunakan benang jahit biasa. Pemilihan benang emas didasarkan pada kemampuannya bersinar di atas kain beludru. Benang jahit dipakai untuk mengikat benang emas pada kain beludru. Saat tidak digunakan, benang biasanya disimpan dalam wadah tertutup untuk menjaga agar warna tetap cerah.
Ragam Motif dalam Kasab Aceh

Proses ini memerlukan keahlian karena pengrajin harus mengikuti pola yang sudah digambar di atas kain. Penyulaman benang emas dilakukan dengan hati-hati, mengikuti pola yang telah digambar, sehingga menciptakan motif yang sesuai dengan desain awal. Hasil akhir berupa kain kasab yang dihiasi dengan berbagai corak elegan.
Berbagai motif yang dilengkapi dengan untaian manik-manik, menghiasi kain Kasab. Dalam desain Kasab, gambaran realistis akan makhluk hidup semisal manusia dan hewan jarang ditemukan, seiring dengan penggunaan motif yang mengutamakan elemen benda tak hidup, menunjukkan pengaruh kuat ajaran Islam di wilayah Aceh. Kasab lebih sering menampilkan interpretasi stilisasi dari elemen alam semacam buah-buahan, bunga, dan dedaunan. Disamping itu, beberapa corak juga menggabungkan elemen geometris untuk menambah keunikan.


Detail motif sulaman Kasab Aceh. (Foto: Dok. Trans7)
Beberapa ragam hias yang ada dalam Kasab Aceh seperti motif beuleun, menyerupai bentuk bulan sabit. Mencerminkan simbol hilal dalam tradisi Islam, yang digunakan sebagai penanda waktu ibadah. Sering digunakan sebagai motif utama dalam berbagai variasi ukuran, mulai dari yang kecil hingga besar. Motif beuleun, selain menjadi motif yang dominan, juga kerap dipadukan dengan elemen lain untuk menciptakan tampilan yang lebih menarik.
Motif lain yang populer adalah aneuk timon, atau biji mentimun. Memiliki bentuk serupa biji mentimun dan sering dijumpai dalam kombinasi dengan motif beuleun, terutama pada bagian ujung sulaman seperti mahkota bunga. Jumlahnya tidak terikat pada hitungan yang tetap, sehingga memungkinkan fleksibilitas dalam pengaturan desain. Selanjutnya terdapat motif aneuk reuhung teungoh, atau biji belah tengah, yang mirip dengan biji pala berongga di tengah. Umumnya ditempatkan sebagai bagian dari elemen bunga atau daun dalam berbagai bagian sulaman. Contoh-contoh yang telah disebutkan hanyalah sebagian kecil dari motif Kasab yang ada. Masih banyak sekali motif lainnya, dan ragam hias yang ada bisa berbeda antar daerah, masing-masing dengan ciri khasnya tersendiri.
Penulis: Gita Maharsi | Editor: Mega Saffira
Sumber: CORAK Jurnal Seni Kriya | V-Art: Journal of Fine Art | Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik | Universitas Bina Bangsa Getsempena | Radio Republik Indonesia (RRI)
