Paris Fashion Week selalu menjadi salah satu ajang pagelaran mode yang paling dinantikan oleh para pemerhati industri fesyen dunia. Seluruh desainer yang berkesempatan untuk memamerkan koleksi terbarunya akan berlomba-lomba untuk memberikan sentuhan unik khasnya. Tidak terkecuali dengan Patou. Rumah mode di bawah binaan LVMH Group satu ini telah merilis sebuah koleksi berisikan pakaian versatile dengan nuansa bunga dan warna-warna terang.
“Pekan mode adalah sebuah perayaan untuk mengekspresikan kebahagiaan, antusiasme, dan segala fantasi yang kita miliki saat kami mengerjakan koleksi yang akan dipamerkan. Jadi, bahkan jika kita harus melakukannya (berpartisipasi di pekan mode) dari jarak jauh — kita tetap akan melakukannya,” jelas Guillaume Henry, direktur kreatif dari Patou.
Dengan sambutan ini, Henry mengundang kita semua untuk berjalan-jalan menyusuri “taman musim dingin” yang disiapkan secara virtual untuk para pengunjung studio Patou.
Mengenal Patou

Patou pertama kali didirikan pada tahun 1912 di bawah nama Jean Patou oleh seorang pembuat parfum, Alexandre Jean Patou. Sayangnya, pendirian ini harus ditahan untuk sementara karena, sebelum menetapkan karirnya di fesyen, Jean Patou bertugas sebagai seorang tentara Prancis dan di tahun tersebut ia harus pergi bertugas dalam Perang Dunia 1.
Ketika Jean Patou kembali, ia meluncurkan kembali label fesyennya sebagai sebuah bisnis keluarga bersama dengan kedua orang tua, adik perempuan, dan suaminya. Kreasi pertamanya terinspirasi oleh perjalanan yang ia lalui di Balkan dan Timur Tengah. Couturier muda yang mendapat predikat “the most elegant man in Europe” ini kerap berusaha membebaskan perempuan dari pakaian yang saat itu membatasi diri mereka. Jean Patou menghadirkan serangkaian koleksi dengan gaun tanpa korset, rok pendek, pakaian olahraga, dan atasan dengan potongan boyish. Seluruh pakaian yang ia keluarkan tidak lupa dilengkapi oleh monogram dari inisialnya, “JP,” yang menjadi ciri khas rumah mode tersebut.

Setelah Jean Patou meninggal di tahun 1936 akibat serangan stroke, rumah mode ini kehilangan auranya yang khas. Meski sempat digarap oleh beberapa nama hebat di industri fesyen, sebut saja Marc Bohan, Karl Lagerfeld, Jean Paul Gaultier, dan Christian Lacroix, ciri khas Jean Patou dengan gebrakan pakaian tanpa gendernya lama kelamaan mulai pudar. Pada akhirnya, di tahun 1987, Jean Patou pun ditutup. Pada tahun 2001, Jean Patou diakuisisi oleh perusahaan Procter&Gamble, yang 10 tahun kemudian diambilalih oleh perusahaan Designer Parfums yang dimiliki oleh Keluarga Mehta yang berasal dari India.
Menjelang akhir tahun 2018 lalu, LVMH Group mengakuisisi Jean Patou dan menunjuk Guillaume Henry, mantan direktur kreatif untuk Carven dan Nina Ricci, sebagai creative director dari Patou, nama baru dari rumah mode Jean Patou yang dipakai sampai saat ini. Ia melakukan debut koleksi pertamanya saat Paris Fashion Week di bulan September 2019 lalu. Henry menciptakan pakaian yang sederhana namun dengan pemikiran yang rumit. Seperti Jean Patou, ia menganggap fesyen sebagai sebuah seni kehidupan yang selalu bergerak. Anggun, indah, seni, dan fantasi, menjadi empat filosofi utama yang dianut oleh Henry.
Dalam mencari inspirasi, Henry gemar mengaitkan karyanya dengan film, fotografi, dan budaya Kota Paris yang ia cintai. Dari sinilah ia berhasil menceritakan kisahnya melalui pakaian dan menggambarkan ciri khasnya untuk melihat “sesuatu yang luar biasa dari hal biasa” yang membuat realita kehidupan menjadi lebih istimewa.
Fantasia Botanica: Patou Fall/Winter 2021
Koleksi Fall/Winter 2021 oleh Patou diberi judul “Fantasia Botanica” untuk menggambarkan suasana koleksi yang seolah-olah menarik kita ke dalam dunia fantasi yang penuh dengan bunga-bunga indah bermekaran. Koleksi ini dipamerkan melalui studio Patou secara virtual, “Saya ingin musim dingin yang segar dan bersemangat. Maka dari itu, setiap ruangan disini dapat dilihat sebagai sebuah buket bunga dengan rentang warnanya masing-masing,” ujar Henry.
Turquoise, oranye, lilac, pink, merah, dan kuning dipadukan dengan motif bunga dan potongan pakaian khas tahun 70an yang terinspirasi dari karya Michel Goma, direktur kreatif Patou di masa itu. Mantel dan celana panjang diisi dengan berbagai pola bunga-bungaan, kerah besar yang dapat dilepas-pasang terlihat dibingkai oleh renda dan bordiran yang rumit, gaun multifungsi serta rok panjang berbahan dasar jersey terlihat dipadukan dengan teknik layering hingga menunjukkan keserbagunaan dari tiap item pada koleksi ini.
Fantasia Botanica adalah koleksi keempat yang ia keluarkan sejak debut di tahun 2019 lalu. Sama halnya dengan koleksi-koleksi Henry sebelumnya, Fantasia Botanica juga terlihat kental akan budaya Prancis. Teknik layering sering ditemukan dalam pakaian tradisional Prancis yang menggunakan beberapa lapis rok jupon untuk menunjukkan tingkat kemakmuran keluarganya. Siluet pada koleksi Henry yang mengembang seperti balon juga terlihat menyerupai siluet rok dan pakaian yang dikenakan pada perempuan tradisional Prancis. Tidak hanya itu, baik dari koleksi ini maupun pakaian tradisional Prancis, keduanya dilengkapi dengan topi atau headwear yang biasanya melambangkan kerendahan diri.
(Foto: Dok. Vogue)
Selain dari permainan desainnya, Henry juga melengkapi beberapa piece dengan motif bordir provençal. Bordir provençal sendiri mengacu pada teknik tradisional asal Prancis Selatan yang menjelaskan bagaimana dua lapis kain diisi dengan kapas dan dibordir sehingga menciptakan efek yang menonjol. Penggunaan teknik crochet dengan kombinasi warna yang mencolok juga nampak pada pada koleksi ini.

Keistimewaan lain dari koleksi ini adalah penggunaan kain faille ramah lingkungan yang memiliki daya tahan tinggi yang terbuat dari 100 persen kain poliester daur ulang. Menurut keterangan Henry, Patou telah berhasil memproduksi pakaiannya menggunakan bahan organik dan daur ulang hingga mencapai 70 persen. Menurutnya, selain berdampak baik pada lingkungan, penggunaan material ini dapat menghasilkan hasil akhir pakaian yang bervolume.
The Patou Way

(Foto: Dok. Patou)
Sejak didirikannya kembali Patou di tahun 2018 lalu, Henry berusaha berkontribusi lebih terhadap pengembangan fesyen yang lebih berkelanjutan. Ia menetapkan empat prinsip utama yang diberi tajuk “The Patou Way” yang bertujuan untuk membatasi jejak karbon dari kegiatan produksi dan membangun hubungan baik dengan para pekerja manufaktur sehingga dapat meningkatkan dampak positif terhadap sesama. Keempat prinsip yang dimaksud antara lain adalah penggunaan kemasan yang lebih ramah lingkungan, proses produksi yang transparan dan dapat ditelusuri jejak asalnya, penggunaan bahan dasar alternatif dan organik, serta penerapan program ramah lingkungan di kantor pusat dan seluruh gerai Patou, seperti penghematan listrik serta penggunaan bahan dasar daur ulang dan ramah lingkungan untuk bangunannya.
Untuk mengenal Patou maupun Fantasia Botanica lebih lanjut, dapat melalui situs resmi mereka di patou.com.
Penulis: Nabila Nida Rafida | Editor: Mega Saffira | Sumber: Vogue | LVMH | Patou 1 2 3 | WWD | Design Scene | History of Quilts | The MDS







































[…] Fantasia Botanica: Patou Fall/Winter 2021 […]
LikeLike