
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak industri fast fashion pada lingkungan, ternyata berbanding lurus dengan meningkatnya tren membeli barang atau pakaian bekas pakai (preloved) yang kini lebih dikenal dengan istilah thrifting.
Tak hanya menjadi sebuah alternatif untuk memenuhi kebutuhan fesyen yang lebih sirkuler, thrifting kini seolah menjadi salah satu budaya atau gaya hidup baru bagi sebagian masyarakat urban, termasuk di Indonesia.
Baca juga:
Première Vision: Pameran Industri Mode dan Tekstil yang Wajib dikunjungi para profesional
Street Vision: Jasa Ubah Fungsi oleh Azis Dilpa Mario
‘Sayang Sandang, Sayang Alam’: Mengetahui Tentang Circular Fashion bersama Sejauh Mata Memandang
Thrifting di Berbagai Negara


Kegiatan membeli barang atau pakaian bekas pakai sudah menjadi norma di berbagai negara. Seperti halnya di Inggris, charity shop bertebaran di mana-mana. Terlebih lagi, selain menjadi tempat berbelanja barang bekas pakai, charity shop juga menyalurkan keuntungannya untuk didonasikan kepada berbagai lembaga kemanusiaan. Selain itu, toko-toko thrift terkurasi pun mudah ditemui di berbagai lokasi.


Contoh lainnya di negeri Sakura, Jepang, toko thrift pun merupakan salah satu tempat yang menjadi tujuan wisata banyak pendatang, karena biasanya toko thrift menawarkan barang-barang yang unik dan jarang ditemui. Salah satu area yang memiliki beragam toko thrift dengan produk-produk berkualitas adalah Shimokitazawa, Tokyo.


Sementara itu, di Indonesia, pusat untuk thrifting masih dapat dikatakan cukup langka. Kebanyakan orang akan teringat akan Pasar Senen di Jakarta ataupun Pasar Gedebage di Bandung ketika membicarakan tentang thrifting. Belum menjadi hal yang lumrah untuk dengan mudah menemukan sebuah toko thrift dengan produk yang terkurasi di berbagai daerah.
Sehingga, kegiatan thrifting di Indonesia saat ini pun lebih mudah dilakukan secara daring. Baik melalui situs lokapasar (marketplace) khusus seperti Carousell, ataupun media sosial seperti Twitter, Instagram, hingga TikTok. Hal ini pun dapat menjadi tantangan tersendiri karena sulitnya menemukan penjual atau toko daring yang terpercaya dengan barang yang berkualitas.
Thrift District: Wanderlust

Untuk menjawab tantangan langkanya pusat belanja thrift dengan produk yang terkurasi di Indonesia, sebuah festival thrift yang diberi nama ‘Thrift District: Wanderlust’ pun diprakarsai oleh Seraya Group, Bandung Thrift Weekend, Viscera Creative, dan Discover Ideas. Acara yang telah berlangsung pada 29-31 Oktober 2021 lalu ini juga diadakan dengan misi untuk mengedukasi masyarakat akan budaya thrifting yang tak hanya terbatas pada produk fesyen saja.






(Foto: Dok. Thrift District)
Berhasil menggaet hingga lebih dari 3.000 pengunjung selama tiga hari, acara yang diadakan di Clicksquare, Bandung, ini mengelompokkan 70 tenant yang berpartisipasi ke dalam beberapa area kategori. Kategori-kategori tersebut adalah fashion district (distrik fesyen), toys district (distrik mainan), photography district (distrik fotografi), music district (distrik musik), dan hobbies district (distrik hobi).
Dengan adanya penggabungan kategori yang beragam ini, Thrift District tak hanya sukses menjadi alternatif tempat berbelanja, tapi juga menjadi wadah bertemunya berbagai komunitas yang memiliki keunikan-keunikan tersendiri.
Lebih dari Sekedar Bazaar

Selain kios-kios bazaar, terdapat rangkaian acara lain yang disuguhkan oleh tim Thrift District, dari talk show, pertunjukan musik, hingga lelang. Terdapat juga acara-acara yang merupakan kolaborasi dengan beberapa tenant seperti kompetisi balap Tamiya oleh Classic Jr. Racing Shop, pameran foto oleh Hiper Cat Lab, pameran game oleh Restory Store, serta sesi tanda tangan grup musik The Milo bersama Anoa Records.

Penampilan-penampilan musik yang turut meramaikan Thrift District diisi oleh berbagai musisi seperti Alunan Nusantara, Patricia Olga, Puspa Lestari, Nisu, dan Suara Pita. Tak hanya itu, pengunjung Thrift District pun dapat menikmati berbagai menu yang ditawarkan oleh kios-kios Kuliner yang menyertai kios-kios thrift.
Thrift District direncanakan untuk menjadi acara yang akan diadakan setiap tahun secara rutin. Semoga dengan diadakannya acara yang mendukung kegiatan thrifting dan penggunaan kembali barang lama seperti Thrift District, stigma masyarakat akan penggunaan barang lama atau bekas pakai akan terus bergerak menjadi sebuah aktivitas yang umum dilakukan dan berdampak positif dalam mengurangi limbah fesyen.
Penulis: Mega Saffira | Sumber: Thrift District





[…] Thrift District 2021: Wanderlust, Thrift Bazaar Terbesar di Kota Bandung […]
LikeLike