
Pada tanggal 26-29 November 2020 lalu, telah diselenggarakan Jakarta Fashion Week (JFW) 2021. Menanggapi situasi dunia yang sedang berada di tengah pandemi, acara yang digadang-gadang sebagai salah satu pekan mode terbesar dan paling berpengaruh se-Asia Tenggara ini melakukan beberapa penyesuaian dalam format kegiatannya. Tidak hanya seluruh peragaan dilakukan secara daring melalui akun resmi mereka di TikTok dan situs jfw.tv, namun jumlah hari pelaksanaannya pun dikurangi menjadi hanya empat hari. Tahun ini JFW mendatangkan karya dari 60 desainer dan label yang dikemas ke dalam 16 pagelaran. Dari ke-60 desainer dan label tersebut, kami telah memilih lima karya desainer pada Jakarta Fashion Week 2021 yang tidak hanya menampilkan estetika secara visual, namun juga bernafaskan pemikiran yang dalam terkait penggunaan tekstil pada garmen baik secara aplikasi maupun filosofi dibalik koleksinya.
- Toton

Tidak lengkap rasanya membicarakan fesyen kontemporer Indonesia tanpa menghadirkan TOTON. Label binaan Toton Januar ini selalu menyajikan koleksi yang menawan melalui penggunaan kreasi olah latar tekstil yang jarang digunakan desainer lain. Koleksi Spring/Summer 2021 merupakan hasil buah pikir sang desainer atas kentalnya kepercayaan spiritual dalam fondasi adat istiadat di Indonesia. Terinspirasi dari peninggalan keagamaan Hindu-Budha, Toton mendedikasikan koleksi ini sebagai bentuk apresiasi dan renungan terhadap spiritual, doa, dan harapan rakyat Indonesia.
Dari segi tekstil, Toton bermain dengan paper clay sebagai bahan baku pembentuk korset. Setelah dibentuk layaknya perisai dengan hiasan yang menyerupai pahatan arca Hindu-Budha, paper clay ini kemudian dikolaborasikan dengan busana bersiluet pakaian adat Aceh dan Sulawesi. Tidak hanya itu, makrame, teknik produksi tekstil dengan menyimpulkan tali, yang sebelumnya sempat diaplikasikan pada koleksi lima tahun silam kembali hadir dengan penyajian yang lebih berani. Jika sebelumnya pada SS16 teknik ini hanya digunakan sebagai hiasan dan pola pada pakaian, kali ini Toton menggunakan makrame untuk dijadikan konstruksi utama pada rok, gaun, hingga topi. Hal lain yang membuat koleksi ini spesial merupakan penerapan konsep zero-waste dengan menggunakan sisa material dari proses produksi koleksi-koleksi sebelumnya.
2. Sejauh Mata Memandang

“Sejauh Daur” – Tajuk itu lah yang digunakan Chitra Subaktyo, pendiri sekaligus creative director Sejauh Mata Memandang (SMM), dalam perilisan koleksi Spring/Summer 2021 pada 29 November lalu. Sebagai opening act pada pagelaran Dewi Fashion Knights, SMM memutarkan video berdurasi empat menit yang menampilkan busana mereka dengan latar belakang pabrik pengolahan tekstil. Pemutaran video ini disusul dengan peragaan visual dari para model. Pemilihan latar belakang tersebut bukanlah tanpa alasan. Koleksi SMM kali ini mengusung tema daur ulang dan “pemberian nafas baru” terhadap kain sisa bahan produksi pada koleksi-koleksi sebelumnya dan kain tidak terpakai (deadstock).
Tidak hanya menggunakan bahan sisa, sebagai salah satu pelopor sustainability fashion di Indonesia, SMM turut melakukan kerjasama dengan PT. Daur Langkah Bersama dalam penggunaan tekstil hasil daur ulang limbah pra-produksi. Walau menggunakan tekstil daur ulang, koleksi SS21 oleh SMM jauh dari kata membosankan. Untuk menambah atraksi dari karyanya, Chitra mengaplikasikan motif batik pada beberapa busana sehingga membentuk suatu koleksi menarik berisi kebaya, rok lilit, celana, kemeja, hingga aksesoris dan tas kain multifungsi.
“Ini bukan tentang menyelamatkan bumi, tapi menyelamatkan kita dan generasi mendatang.” – Chitra Subyakto
3. Albert Yanuar

Di hari kedua, Wonderful Indonesia menghadirkan tiga desainer lokal untuk mempromosikan keindahan Indonesia melalui koleksi mereka. Salah satu dari ketiga desainer tersebut adalah Albert Yanuar. Berangkat dari kerinduannya akan pariwisata Indonesia, terciptalah koleksi Spring/Summer 2021 berjudul “Enchanted Memories”
Dalam koleksi ini, Yanuar berhasil menyalurkan kenangan indahnya Indonesia melalui busana-busana yang megah. Kemeja, cheongsam, serta caped dress berhasil dihiasi dengan potret keindahan Indonesia menggunakan teknik bordir yang halus bak lukisan. Selain itu, salah satu hal yang menarik pada koleksi Yanuar tahun ini adalah kerja samanya dengan PT. Lakumas dalam penggunaan serat Tencel Luxe dari Lenzing sebagai bahan baku benang bordir yang ia gunakan. Dikenal dengan sifatnya yang lembut dan fleksibel, Tencel Luxe ini sendiri merupakan serat yang bersifat biodegradable dimana dalam pembuatannya melalui proses produksi yang ramah lingkungan dengan menggunakan rumput bambu organik.
4. Barli Asmara

Kepergian desainer Barli Asmara pada bulan Agustus lalu masih meninggalkan luka pada pemerhati industri mode tanah air. Dalam rangka mengenang persona Barli, JFW bersama dengan Mandiri Private mempersembahkan sebuah tribut untuk sang desainer melalui sebuah pagelaran yang terbagi ke dalam dua sekuen. Sekuen pertama menampilkan koleksi yang berasal dari arsip Barli Asmara selama 18 tahun terakhir. Sepanjang sekuen, kita dapat melihat perkembangan desain seorang Barli Asmara yang bermain dengan detail aplikasi pada karya-karyanya. Namun, terdapat satu look yang menonjol dalam koleksi ini. Pada tahun 2008, Barli mengeluarkan koleksi berjudul “Royal Smock”. Koleksi ini menggunakan teknik manipulasi tekstil dengan jahitan tangan, smock, yang cukup rumit dan umumnya digunakan pada produk aksesoris dibandingkan pada gaun seperti yang dilakukan Barli.
Sekuen kedua menampilkan koleksi karya Leslie Tobing, direktur kreatif baru dari Barli Asmara Prêt-à-Porter. Berjudul “La Danza De La Vida”, koleksi ini terinspirasi dari kostum tari dari Amerika Latin. Melalui koleksi ini, Leslie ingin mengenang pendahulunya melalui perayaan atas kehidupannya, bukan larut dalam kesedihan. Berbeda dengan koleksi pada sekuen pertama, busana yang ditampilkan pada sekuen kedua bersifat lebih dinamis namun masih khas dengan legacy Barli. Detail rimpel, balloon sleeve, dan tiered skirt yang sering digunakan pada koleksi Barli Asmara sebelumnya terlihat menghiasi beberapa busana.
5. Lekat

“Casual pieces with a little twist”. Begitu keterangan yang dituliskan di bawah post Instagram Lekat mengenai salah satu piece pada koleksi Spring/Summer 2021 mereka.
Konsep kasual dan sederhana merupakan salah satu yang paling populer pada JFW 2021 lalu. Menjamurnya desain bertajuk casual wear seakan menjawab meningkatnya permintaan atas pakaian ready-to-wear setelah pandemi COVID-19 memaksa kita untuk lebih sering beraktivitas di rumah. Tidak terkecuali dengan Lekat. Koleksi yang dibawahi oleh Amanda Indah Lestari ini didominasi dengan pakaian yang mengedepankan esensi kenyamanan bagi penggunanya. Elemen-elemen khas Lekat seperti penggunaan kain perca untuk hiasan maupun kantong dan detail bordir yang dijahit tangan dapat terlihat menghiasi koleksi ini. Selain itu, penerapan teknik unfinished hems pada beberapa looks juga menambah kesan edgy yang halus.
Meski tidak memiliki filosofi sedalam desainer lain dalam daftar ini, siasat Amanda dalam mengelevasi pakaian dengan model sederhana, seperti penerapan teknik patch dan sulaman tangan, dapat menginspirasi kita untuk melakukan upcycling dengan menyulap pakaian lama yang tidak terpakai menjadi kembali menarik dan mempunyai nilai estetika yang baru.
Untuk melihat dan mempelajari lebih lanjut koleksi desainer lain yang dihadirkan pada JFW 2021, kunjungi laman press pada situs resmi jakartafashionweek.co.id .
Teks: Nabila Nida Rafida untuk The Textile Map | All Images courtesy of Jakarta Fashion Week.

Bagus sekali artikelnya
LikeLike